Jaga Produktivitas dan Harga, Pemerintah Dorong Peremajaan Karet Rakyat

 2,286 total views,  4 views today

JPP, JAKARTA – Indonesia memiliki perkebunan karet yang sangat luas, mencapai 3,66 juta ha pada tahun 2017. Luasan tersebut memberikan kontribusi produksi sebesar 3,68 juta ton dan produktivitas 1,19 ton/ha.  

Perkebunan karet Indonesia didominasi oleh perkebunan rakyat (85%) dan menciptakan lapangan kerja bagi 2,5 juta KK dengan rata-rata luas kepemilikan + 1,25 ha. Karet merupakan salah satu andalan ekspor yang berkontribusi besar terhadap devisa negara. Volume ekspor mencapai 2,99 juta ton dengan nilai US$ 5,10 Milyar.  

Pemerintah berkomitmen untuk segera meremajakan karet rakyat, mengingat kondisi pertanaman karet sebagian sudah tidak produktif, karena usia lebih dari 25 tahun, produktivitas rendah, dan tanaman rusak. 

“Peremajaan ini merupakan salah satu strategi jangka panjang untuk menjaga produktivitas dan stabilitas harga karet, dan sekaligus sebagai tindak lanjut kesepakatan 3 negara International Tripartite Rubber Council/ITRC (Thailand, Indonesia dan Malaysia),” ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution, di Jakarta, Senin (1/7/2019). 

Saat ini potensi replanting karet rakyat lebih kurang mencapai 700 ribu ha.  Model peremajaan karet ke depan diarahkan melalui pola integrasi tanaman karet dengan tanaman lain diantaranya kopi, kakao, cabai dll yang disesuaikan dengan keunggulan lokal masing-masing wilayah.  Dengan demikian dalam 1 hektar, pola yang dirancang adalah 60% tanaman karet dan 40% tanaman lainnya.  

Menteri Pertanian Amran Sulaiman menuturkan bahwa untuk pelaksanaan peremajaan karet, hal yang sangat penting adalah penyediaan benih unggul bermutu dengan produktivitas 2 kali lebih tinggi dibanding produktivitas saat ini.  

“Produksi dan penyediaan benih tersebut salah satunya akan dilakukan melalui program BUN500 (Benih Unggul Perkebunan 500 juta batang 2020-2024) di Kementerian Pertanian dan program perbenihan lainnya,” lanjut Mentan Amran. 

Pada program BUN500 selama periode 2020-2024 produksi dan penyediaan benih karet, kopi dan kakao masing-masing ditargetkan 143 juta batang, 163 juta batang, dan 157 juta batang. Benih tersebut akan dialokasikan untuk peremajaan di sentra produksi karet, diantaranya Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Jambi, Lampung, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur dan Sulawesi Tengah menurut Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, Kasdi Subagyono. 

Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Musdhalifah Machmud menambahkan, peremajaan karet rakyat ini juga akan dikembangkan secara terintegrasi dengan pemanfaatan kayu karet untuk industri kayu. 

“Hal ini diproyeksikan dapat menambah pendapatan petani antara Rp10-30 juta/ha dari hasil penjualan kayu tersebut,” kata Musdhalifah. 

Antisipasi Penyakit Gugur Daun Karet (GDK)

Produksi karet di tingkat petani saat ini mengalami penurunan salah satunya karena serangan penyakit Gugur Daun Karet (GDK) yang disebabkan oleh jamur Pestalotiopsis sp. Penyakit ini sudah tersebar di sentra karet wilayah Sumatera dan Kalimantan. 

Direktur Riset dan Pengembangan PT Riset Perkebunan Nusantara (RPN), Gede Wibawa menerangkan, penyakit ini awalnya ditemukan di Malaysia kemudian berkembang di wilayah sentra karet Indonesia.  Penyakit ini berpotensi untuk mewabah jika tidak segera ditangani dengan cepat dan tepat.  

“Komunitas karet internasional menaruh perhatian besar terhadap perkembangan penyakit ini sehingga kerja sama internasional untuk menanganinya akan terus ditingkatkan,” tutur Gede.  

Berkembangnya penyakit ini diperkirakan karena kurangnya pemeliharaan kebun karet utamanya karena tanaman tidak dipupuk sebagai konsekuensi dari rendahnya harga karet yang cukup lama. 

“Harga karet mengalami peningkatan sejak bulan Januari 2019. Saat ini, harga karet TSR 20 di tingkat internasional berada di atas USD1,4/kg. Namun demikian petani pekebun belum mampu secara optimal merawat kebun dengan baik,” sambung Musdhalifah Machmud. 

Untuk itu, sebagai upaya antisipasi mewabahnya GDK, Pusat Penelitian Karet PT RPN merekomendasikan solusi, salah satunya adalah agar petani melakukan pemupukan ekstra 25% Nitrogen untuk membantu pembentukan daun baru. 

Sementara Kasdi Subagyono menyatakan bahwa pihaknya akan melakukan beberapa upaya antara lain: (i) bantuan fungisida (bersama pemerintah daerah), (ii) memberikan bimbingan teknik pengendalian penyakit kepada petugas dan petani pekebun, dan (iii) pengawalan kepada petani pekebun dalam rangka pemeliharaan kebun dan pengendalian penyakit tersebut. (ekon)

Source: https://jpp.go.id/ekonomi/industri/334235-jaga-produktivitas-dan-harga-pemerintah-dorong-peremajaan-karet-rakyat

Leave a Reply

Your email address will not be published.