Berpetualang ke Sumber Tengah, Pabrik Karet di Ujung Timur Tanah Jawa

 5,714 total views,  3 views today

“Yang pedas karetnya dua.!” begitu biasanya Mas-mas penjual nasi goreng atau uda-uda warung padang mengingatkan pesanan kita yang pedas. Atau ketika kita menambal ban motor kita yang kena paku di jalan. Atau ketika kita jalan-jalan dengan sepatu bersol karet. Hampir setiap hari kita menggunakan benda elastis ini.

Karet adalah satu komoditas perkebunan di Indonesia selain kakao dan kopi. Karet didapatkan dari getah tanaman karet (Hevea brasiliensis) yang disadap dan diolah sedemikian rupa hingga menjadi salah satu bahan yang kita pergunakan sehari-hari.

Ingin tahu bagaimana industri pengolahan karet? Mari nikmati catatan petualangan saya di Kebun PTPN XII Sumber Tengah, Jawa Timur berikut ini.

Sore itu, Jumat (19/07) langit Jember mendung. Saya selesai berkemas dan menunggu waktu magang selesai, bermain ponsel dan bercengkerama dengan rekan-rekan magang lainnya. Saat melihat feed Instagram, saya melihat poster kegiatan yang di-upload oleh admin PTPN XII.

Isinya adalah pengumuman tentang kegiatan “VISIT SILO 2019”, yaitu field trip di Kebun PTPN XII Sumber Tengah untuk belajar mengenai industri pengolahan karet. Kegiatan yang menarik..! Jadwalnya pun bertepatan dengan hari libur dimana saya tidak melaksanakan magang.

Hmm… tapi tunggu, saya sedikit dilema. Selain saya sendiri belum tahu di mana lokasi Kebun Sumber Tengah, acaranya pun besok paginya atau Sabtu (20/07) pagi. Saya sempat bertanya ke beberapa rekan yang asli Jember tentang lokasinya, dan baiklah, kurang lebih sekitar 50 km dari Puslikoka Indonesia.

Setelah mengontak admin dan memastikan bahwa saya dapat mengikuti kegiatan tersebut (sebagai peserta eksternal, karena ternyata ini sebenarnya merupakan rangkaian kegiatan mahasiswa pertukaran pelajar dari sebuah organisasi), maka saya mengumpukan niat dan keberanian untuk berangkat.

Esok harinya, saya sendirian bermodalkan niat, nekat, Google Maps serta bensin tentunya, bergegas menuju Kebun Sumber Tengah, Kecamatan Silo, Kabupaten Jember.Lumayan, saya menghabiskan waktu sekitar 1 jam 15 menit bersepeda motor. Sampailah saya di Kebun Sumber Tengah dan langsung diarahkan menuju aula untuk mengikuti pembukaan field trip.

Hal unik yang menarik perhatian saya dari Kebun Sumber Tengah ketika pertama kali menjejakkan kaki adalah kondisi bangunan dan lingkungan. Mayoritas bangunan baik rumah maupun pabrik adalah masih merupakan bangungan Belanda. Perkebunan Indonesia memang memiliki keterkaitan nilai historis sejak zaman penjajahan. 

Begitu pula dengan Kebun Renteng yang berada di dekat lokasi kost saya, yang memiliki komplek perumahan bangunan Belanda dan masih digunakan sampai detik ini, dan Kebun Getas (Kabupaten Semarang) milik PTPN XI di dekat daerah asal saya, Salatiga, Jawa Tengah.

Pembukaan diisi oleh beberapa sambutan dari jajaran instansi beserta suguhan unik : biji karet. Ya! Biji karet dikenal memilki kandungan sianida, namun sarat akan protein. Beberapa penelitian telah menjelaskan kandungan biji karet serta pengembangan pengolahannya. Biji karet ini diolah dengan teknik tertentu sehingga aman dikonsumsi.

Halaman Kantor Kebun PTPN XII Sumber Tengah (Dokumen Pribadi, 2019)

Pernahkah Anda mencicipi biji karet?(dok. pribadi, 2019)
Pernahkah Anda mencicipi biji karet?(dok. pribadi, 2019)

Upaya pengolahan biji karet menjadi bahan pangan ini merupakan salah satu upaya pemberdayaan masyarakat oleh Kebun Sumber Tengah. Pada umumnya, biji karet diolah menjadi bahan baku pembuatan biodiesel saja. Rasa dari biji karet ini mirip seperti kacang mentah, namun lebih gurih dan legit.

Paduan hint manis dan nutty adalah rasa yang tergambar oleh indera saya ketika mencicipi biji “kacang” karet ini. Setelah mengikuti pembukaan dan paparan singkat mengenai kondisi perkaretan di Indonesia khususnya di Kebun Sumber Tengah secara singkat, kami memulai tur hari itu.

Penyadapan dan Pengumpulan
Proses pertama dari industri karet adalah penyadapan. Penyadapan dilakukan dengan pelukaan kulit luar dengan pisau khusus yang disebut pisau sadap atau tapping knife.

Dibutuhkan kecermatan dalam melakukan torehan, karena apabila terdapat kekeliruan, bisa saja getah karet tidak mengalir dengan baik atau luber, getah tidak keluar, atau kambium terluka.

Kegiatan sadapan biasanya dilakukan pada dini hari, mulai sekitar pukul 01.00 dan berakhir pada sekitar pukul 06.00 pagi. Jam-jam tersebut adalah dimana produktivitas getah sedang tinggi-tingginya. Setelah ditoreh, getah akan mengalir sesuai ulir bidang sadap menuju mangkuk tampungan yang dipasang tepat di ujung bawah torehan. 

Seusai disadap, maka getah karet dikumpulkan dalam penampungan yang lebih besar. Biasanya, untuk menghindari penggumpalan maka ditambahkan asam formiatketika di kebun  sebagai antikoagulan agar getah tetap berbentuk cair hingga di pabrik nanti.

Petugas sedang memperagakan proses menoreh kulit untuk sadapan (dok. pribadi, 2019)
Petugas sedang memperagakan proses menoreh kulit untuk sadapan (dok. pribadi, 2019)
Pernahkah Anda mencicipi biji karet?(dok. pribadi, 2019)

Pernahkah Anda mencicipi biji karet?(dok. pribadi, 2019)

Upaya pengolahan biji karet menjadi bahan pangan ini merupakan salah satu upaya pemberdayaan masyarakat oleh Kebun Sumber Tengah. Pada umumnya, biji karet diolah menjadi bahan baku pembuatan biodiesel saja. Rasa dari biji karet ini mirip seperti kacang mentah, namun lebih gurih dan legit.

Paduan hint manis dan nutty adalah rasa yang tergambar oleh indera saya ketika mencicipi biji “kacang” karet ini. Setelah mengikuti pembukaan dan paparan singkat mengenai kondisi perkaretan di Indonesia khususnya di Kebun Sumber Tengah secara singkat, kami memulai tur hari itu.

Penyadapan dan Pengumpulan
Proses pertama dari industri karet adalah penyadapan. Penyadapan dilakukan dengan pelukaan kulit luar dengan pisau khusus yang disebut pisau sadap atau tapping knife.

Dibutuhkan kecermatan dalam melakukan torehan, karena apabila terdapat kekeliruan, bisa saja getah karet tidak mengalir dengan baik atau luber, getah tidak keluar, atau kambium terluka.

Kegiatan sadapan biasanya dilakukan pada dini hari, mulai sekitar pukul 01.00 dan berakhir pada sekitar pukul 06.00 pagi. Jam-jam tersebut adalah dimana produktivitas getah sedang tinggi-tingginya. Setelah ditoreh, getah akan mengalir sesuai ulir bidang sadap menuju mangkuk tampungan yang dipasang tepat di ujung bawah torehan. 

Seusai disadap, maka getah karet dikumpulkan dalam penampungan yang lebih besar. Biasanya, untuk menghindari penggumpalan maka ditambahkan asam formiatketika di kebun  sebagai antikoagulan agar getah tetap berbentuk cair hingga di pabrik nanti.

Petugas sedang memperagakan proses menoreh kulit untuk sadapan (dok. pribadi, 2019)
Petugas sedang memperagakan proses menoreh kulit untuk sadapan (dok. pribadi, 2019)

Setelah ditampung dan diangkut ke pabrik, maka pos pertama untuk pengolahan ini adalah Penerimaan getah karet. Bentuk getah karet ini adalah cair, berwarna putih susu dan memiliki bau khas karet segar. Getah karet disebut juga dengan lateks. Setelah sampai di pos Penerimaan, lateks disaring untuk memastikan tidak ada kotoran atau gumpalan lainnya.

RSS (Ribbed Smoked Sheet)
Lateks yang sudah disaring kemudian diproses sedemikian rupa hingga akhirnya dicetak dalam cetakan khusus. Formasinya kini sudah tidak cair lagi, namun berbentuk dan bertekstur seperti tahu. Bakal produk yang dihasilkan adalah Ribbed Smoked Sheet atau RSS. Lembaran ini nantinya akan dipergunakan sebagai aneka olahan karet atau produk tersier.

Antusiasme Rekan-Rekan dari Maroko menyimak penjelasan petugas (dok pribadi, 2019)
Antusiasme Rekan-Rekan dari Maroko menyimak penjelasan petugas (dok pribadi, 2019)

Seusai bakal RSS ini dicetak, maka lembaran ini lalu digiling hingga tingkat kepadatan dan ketipisan tertentu. Setelah digiling maka bakal RSS harus diangin-anginkan untuk mengurangi kadar air dari sisa proses.

Penggantungan produk tidak menggunakan bahan logam, namun menggunakan batang bambu untuk menghindari munculnya warna kuning pada lembaran RSS mentah yang masih berwarna putih.

Lantas, RSS kemudian dimasukkan dalam ruang asap selama 5 hari dengan suhu bertingkat untuk proses pemasakan. Sekali lagi, ruang asap ini berbentuk rumah dan peninggalan Belanda! menakjubkan.

Ruang Khusus Pengasapan, peninggalan Belanda(dok. pribadi, 2019)
Ruang Khusus Pengasapan, peninggalan Belanda(dok. pribadi, 2019)

Setelah proses pengasapan selesai, maka saatnya pengangkatan dan sortasi. Bentuk dari RSS matang adalah lembaran karet dengan tekstur seperti karpet, liat dan lentur. Sortasi lembaran RSS dilakukan di ruangan khusus sortasi dan dilakukan dengan membagi RSS berdasar kualitas dari RSS 1, RSS 2, RSS 3 dan cutting atau sisa potongan. 

Setelah dilakukan sortasi, maka dilakukan pengemasan. Pengemasan dilakukan dengan menumpuk lembaran RSS dan menyatukannya dengan perekat khusus dan untuk lapisan akhir adalah dengan labur dan minyak tanah.

Proses Pengemasan RSS (Dok. Pribadi, 2019)
Proses Pengemasan RSS (Dok. Pribadi, 2019)

Thin Brown Crepe (TBC)
Berbeda dengan RSS yang terbuat dari lateks, TBC diolah dari karet yang menggumpal berupa bongkahan karet yang disebut dengan lump, serta getah yang mengering pada bidang sadap atau disebut dengan scrap. Untuk produk TBC ini, dilakukan penggilingan sehingga lump dan scrap menyatu dan menjadi lembaran.

Setelah dilakukan penggilingan, maka lembaran siap dikeringkan. Metode pengeringan produk TBC ini sedikit berbeda dengan RSS dimana bila RSS menggunakan pengasapan, maka TBC hanya dikering-anginkan dalam bangunan khusus yang lagi-lagi secara fisik bergaya Belanda.

Bersama Rombongan Peserta dan Jajaran Staf PTPN XII Kebun Sumber Tengah (dok. pribadi)
Bersama Rombongan Peserta dan Jajaran Staf PTPN XII Kebun Sumber Tengah (dok. pribadi)

Di penghujung tur, kami berfoto di lapangan depan Kebun Sumber Tengah bersama jajaran staf Kebun, perangkat desa, perwakilan dari Koramil, serta panitia kegiatan. 

Sungguh petualangan yang luar biasa. Bertemu dengan banyak orang hebat di perkebunan dan industri karet hari itu merupakan sebuah prestis tersendiri, bahkan disambut dan dipandu dengan baik oleh Bapak Manajer Kantor Kebun dan Bapak Manajer Kebun secara langsung.

Di sini, saya kembali menelisik nilai-nilai kesabaran, di mana dalam budidaya karet sebagai tanaman tahunan memerlukan ketabahan. Demikian kita selayaknya tabah dalam menghadapi pencobaan hingga akhirnya menuai kebahagiaan.

Selain memetik nilai-nilai kehidupan, disini kita seolah menyusuri lorong waktu, dimana zaman kolonial melakukan kebijakan tanam paksa dan lainnya. Bangunan-bangunan ini merupakan saksi bisu perjuangan pendahulu kita, hingga akhirnya kita dapat menikmati kemerdekaan, hingga menikmati hasil kebun dengan fasilitas peninggalan yang masih ada.

Bersama Jajaran Eksekutif Kebun Sumber Tengah, Perangkat Desa, Komandan Koramil dan Mahasiswi Pertukaran Pelajar (dok. pribadi, 2019)
Bersama Jajaran Eksekutif Kebun Sumber Tengah, Perangkat Desa, Komandan Koramil dan Mahasiswi Pertukaran Pelajar (dok. pribadi, 2019)

Petualangan saya belum usai. Rupanya disini drama kembali. Saya salah jalur dan nyaris sampai Banyuwangi.! Untung sadar dan putar balik. Terima kasih Sumber Tengah! Sampai Jumpa Kembali!

Source: https://www.kompasiana.com/prizkyputri/5d6aaee4097f36027c74cc72/berpetualang-ke-sumber-tengah-pabrik-karet-di-ujung-timur-tanah-jawa?page=4