Republik Kopi Bondowoso
10,295 total views, 2 views today
Kabupaten Bondowoso, yang sudah sejak lama dikenal dengan ikon Tape, kini mentahbiskan kopi sebagai ikon barunya yang terbukti mampu mengangkat nama kabupaten di wilayah Tapal Kuda yang tidak memiliki wilayah laut ini ke kancah internasional. Sejak tahun 2011 Pemkab Bondowoso, bersama Puslitkoka, Perhutani, perbankan, dan asosiasi petani kopi bersinergi dan bekerja keras untuk fokus mengembangkan kopi arabika.
Hasilnya, pada tahun 2013 Kopi Arabika Java Ijen Raung asal Bondowoso mendapat pengakuan dunia dengan memperoleh sertifikat internasional. Hal ini membuat Bupati Bondowoso, Amin Said Husni, pada tahun 2016 lalu, mendeklarasikan kabupatennya sebagai “Republik Kopi”. Pada tahun 2018, dari 3000 ton produksi kopi Arabika Bondowoso, sepertiganya mampu diekspor menembus pasar dunia.
Gelar Republik Kopi yang disandang oleh Kabupaten Bondowoso memang tidaklah berlebihan, dari 34 unit perkebunan milik PTPN XII, hanya ada 4 unit kebun yang mengembangkan komoditas tanaman kopi Arabika, 3 diantaranya ada di Bondowoso, yakni Kebun Jampit, Kebun Blawan, dan Kebun Pancor, sedangkan yang satu, yakni Kebun Kayumas ada di Situbondo. Dari ketiga kebun kopi tersebut dihasilkan kopi arabika bertaraf internasional yang terkenal dengan sebutan Java Coffee Jampit, Java Coffee Blawan, dan Java Coffee Pancoer.
Sebagaimana di banyak daerah lainnya, Kabupaten Bondowoso juga memiliki ajang tahunan pemilihan duta wisata, yakni Kacong Jebbing Bondowoso. Pemilihan duta wisata semacam itu, di Jember dikenal dengan Gus Ning dan di Jawa Timur dikenal dengan Raka Raki.
Pemilihan duta wisata Kacong Jebbing Bondowoso bertujuan untuk mempromosikan berbagai potensi wisata yang ada di Bondowoso. Bahkan berikutnya Kacong Jebbing tidak hanya sebagai duta pariwisata saja, tetapi juga menjadi duta kopi Bondowoso. Hal tersebut merupakan salah satu langkah serius Pemkab Bondowoso dalam mempromosikan komoditas kopi Bondowoso.
Di antara 4 kebun kopi PTPN XII yang ada di Bondowoso, Kebun Jampit nampaknya memegang posisi yang sangat strategis. Kebun yang berada di Desa Jampit Kecamatan Sempol Bondowoso ini mampu memproduksi 1000 ton kopi Arabika per tahun. Selain itu, kebun Jampit juga memiliki agro wisata berupa Guest House atau Rumah Jampit, yakni rumah peninggalan keluarga Belanda yang berdiri sejak tahun 1927.
Rumah yang sebagian bangunannya terbuat dari kayu ini dulunya ditempati keluarga Belanda yang menjadi pengelola Kebun Jampit. Rumah tersebut tampak memukau dengan corak bangunan tua khas Belanda, lengkap dengan cerobong asap dan perapian di ruang tengahnya.
Tepat di depan rumah tersebut terdapat pohon yang nampaknya telah berusia ratusan tahun dan aneka bunga seperti Dandelion, Chrisan, Mawar, dan Lily yang konon dulunya didatangkan langsung dari Eropa menghiasi halaman Guest House. Pengunjung juga bisa mampir di kebun strawberry yang berjajar di sepanjang jalan menuju Kebun Jampit.
Nuansa pemandangan di Guest House maupun di kawasan Jampit tersebut membawa para pengunjungnya seolah-olah tengah berada di Eropa. Tidak salah jika kawasan ini dijuluki dengan Desa Eropa atau potongan Eropa di Jawa. Banyak wisatawan yang berkunjung ke Guest House ini untuk sekedar menikmati pemandangan atau bahkan menginap. Rumah tersebut bahkan pernah dijadikan sebagai tempat karantina Kacong Jebbing Bondowoso tahun 2016.
Selain Kebun Jampit, Kebun Blawan juga memberikan suguhan menarik bagi siapapun yang berminat mengunjunginya. Lokasinya terletak di Desa Kalianyar dan Sumberejo Kecamatan Sempol, cukup dekat dengan kawasan wisata Kawah Ijen. Di dekat Blawan, juga terdapat bangunan peninggalan Belanda, sebagian bangunan terbuat dari kayu, dan telah berdiri sejak tahun 1894.
Bangunan tersebut kini dengan nuansa arsitektur kuno yang tetap terjaga, menjadi hotel, Catimore Homestay. Karena letaknya yang dekat dengan wisata kawah Ijen, pabrik pengolahan kopi, dan perkebunan Blawan, banyak wisatawan mancanegara yang datang dan menginap di hotel tersebut.
Di Blawan, khususnya di Catimore Homestay, pengunjung dapat menikmati sensasi minum kopi arabika sambil berendam di Jacuzzi, (kolam air panas) yang langsung berasal dari sumber mata air yang mengandung belerang, yang disebut.
Di kawasan Blawan terdapat air terjun yang menawan dan gua kapur yang konon dulunya merupakan tempat pertapaan Damar Wulan sebelum berduel melawan Minak Jinggo. Ada pula air terjun yang menyerupai pemandangan Air terjun Niagara, namun dalam ukuran mini, sehingga kerap disebut Niagara Mini.
Komoditas Kopi Bondowoso, khususnya klaster kopi yang dikembangkan di lereng Gunung Ijen dan Raung, tidak hanya dijual dalam bentuk mentah di pasaran, tetapi dapat juga dinikmati oleh masyarakat dalam bentuk minuman. Jika anda ingin menikmati sensasi kopi khas Bondowoso, anda bisa mampir ke “Kampung Kopi” yang terdapat di sepanjang Jl. Pelita, Kelurahan Tamansari, Bondowoso.
Sejak awal tahun 2018 lalu, warga yang berada di sepanjang jalan itu, mendeklarasikan area tersebut sebagai Kampung Kopi. Sebelumnya, lokasi tersebut sangat sepi, meskipun letaknya berada di tengah kota.
Namun kini kondisi area sekitar jalan tersebut berubah drastis dengan semakin banyak warung kopi yang didirikannya warung kopi secara mandiri oleh warga. Saat ini jumlahnya sudah mencapai 30 warung. Pengunjungnya pun bukan hanya dari Bondowoso, banyak pula dari wisatawan baik dari dalam maupun luar negeri.
Paparan di atas merupakan kisah sukses Kabupaten Bondowoso dalam bertransformasi dari Kota Tape yang bertaraf lokal, menjadi Republik Kopi yang bertaraf internasional. Hal tersebut layak menjadi inspirasi bagi kabupaten-kabupaten lain di wilayah Tapal Kuda, termasuk Kabupaten Jember untuk mengembangkan keunggulan potensi wisata di daerahnya, khususnya wisata kopi.
Source: https://www.kompasiana.com/shulhan87/5d37fccf0d82306c8c7a90d2/republik-kopi-bondowoso?page=all